Kamis, 23 Desember 2010

SPIRITUAL LEADERSHIP

"Kehidupan adalah penyesuaian yang terus menerus dari hubungan external"

Sekalipun ungkapan tersebut terdengar begitu indah ketika kita mampu menjabarkan makna hidup untuk membahagiakan sesama, namun tak dapat dipungkiri bila terkadang kita harus kembali merenung dari jenjang kehidupan yang sangat sederhana untuk mampu menghargai sesama.

Seringkali kita kita tak mampu memelihara rasa hormat pada sesama karena terlalu merasa lebih baik dari yang lainnya, bahkan seorang bawana seringkali harus membicarakan atasannya hanya untuk sebuah pengakuan bahwa dirinya lebih baik dari orang yang memimpinnya.

Sungguh sekali kali Allah tidak akan pernah memberikan amanah pada oarang yang salah, oleh karenanya kita harus mampu belajar menghargai dan memimpin diri dan pribadi kita terlebih dahulu sebelum memimpin orang lain, dengan demikian perasaan selalu merasa lebih baik dapat diabaikan sebagai perjalan waktu yang tlah berlalu.

Kecerdasan pribadi seringkali mengembalikan semua waktu yang berlalu menjadi ego yang begitu luar biasa dalam pribadi setiap individu, oleh karenanya belajarlah berfikir dan berbicara secara baik dan benar untuk bebas dari fikiran negative yang melahirkan keangkuhan jiwa.

Kecerdasan Emosional seringkali melengkapi keangkuhan jiwa itu dengan Amarah, boleh jadi untuk menutupi kecerdasan intelegensinya yang terkubur dipojok kesombongan jiwanya sehingga belum mampu menonjol lebih baik dari orang-orang yang memimpinnya, karena pemimpin itu tidak harus dengan amarah..... karean bijaksana itu lebih baik dari hebatnya kecerdasan diri.

Kecerdasan Spiritual.adalah ambang dimana setiap pribadi yang bijaksana mulai berbagi dalam hal memahami, menghargai dan mendorong diri dan lingkungannya untuk berlaku baik, benar dan bijaksana menatap kehidupan ini, bukankah kita memimpin karena ada yang kita impin?, ketika tak ada orang yang kita pimpin sesungguhnya status kepemimpinan itu hanya berlaku untuk diri dan pribadinya.

Kecerdasan Prilaku sesungguhnya yang akan segera menunjukkan jati diri kepemimpinan yang bijaksana itu, ia hadir dalam pribadi kita bukan karena kebetulan atau karena ada yang memperhatikan kita. namun pribadi kepemimpinan yang bijaksana itu terlahir atas berkat ridho illahi.

Jika sudah demikian adanya lahirlah spiritual leadership yang sesungguhnya, bukan leadership by angry, bukan leadership aji mumpung atau apapun itu yang masih mementingkan popularitas pribadinya, atau keuntungan untuk diri dan pribadinya dengan memanfaatkan orang - orang yang ia pimpin.

Kini saatnya untuk memasuki gerbang prilaku bijaksana dan hidup untuk sesama melalui jembatan Spiritual Leadership yang sederhana dan mebahagiakan alam semesta beserta isi di jagad raya ini.

Tidak ada komentar: